Salam Untuk yang Nulis “Dapat salam dari puncak gunung ABC xxx mdpl”, Setelah munculnya film bioskop 5 cm pada tahun 2012 yang lalu, banyak para pendaki gunung, muda mudi apalagi mahasiswa ikut atau sekedar ikut ikutan naik gunung. Memang tidak bisa dipungkiri, film tersebut sedikit sudah mengubah sudut pandang anak muda sehingga berminat untuk naik gunung, ya walaupun pada kenyataannya naik gunung di film 5 cm jauh berbeda dengan realita naik gunung. Ya namanya film yang diambil hanya yang bagus bagus saja dan itu memang karena untuk menitik beratkan pada alur filmnya.
Setelah fenomena film tersebut dibarengi dengan fenomena instagram (Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri), banyak yang berlomba-lomba mengabadikan berbagai moment dalam hidupnya kedalam instagram, tidak ketinggalan juga mengabadikan moment ketika naik gunung.
Kalau dilihat secara mendalam dan dikupas secara tajam, setajam kata “kita putus” hehee…, esensi dari naik gunung sekarang sudah mulai bergeser, bukan lagi untuk mensyukuri anugerah Tuhan yang berupa keindahan alam yang mempesona, tetapi sudah mengarah ke hal-hal yang berbau pamer (walau tidak semua). Terlebih, fenomena yang lagi ngehits sekarang ini adalah menulis pesan dikertas yang berupa ajakan untuk teman, pacar maupun calon pacar untuk naik gunung bersama. Contohnya “Hay xxx, kapan naik gunung bersama ?” atau “Indonesia itu indah, jangan dirumah terus” dan juga “Hay xyz, dapat salam dari puncak gunung xxx“. Memang tidak ada salah dari ajakan tersebut, tapi kalau setelah foto-foto terus sampahnya tidak dibuang pada tempatnya itu bukan namanya cinta alam dan lingkungan. Seperti yang juga ramai beberapa hari kemarin, ada yang habis foto-foto terus kertasnya dibuang sembarangan. Sepertinya memang harus diluruskan dulu niatnya, kaya hadits yang menyebut “Amal tergantung dari niatnya 🙂 “, ke gunung itu selain untuk mensyukuri anugerah Tuhan, juga harus dengan niat untuk melestarikan alam tersebut, menjaga kebersihan dan keindahan serta tidak merusaknya bukan malah mengotorinya seperti itu.
Itu adalah poin pertama, poin selanjutnya adalah adanya sindiran kreatif dan halus bagi yang suka naik gunung yang tingginya beribu-ribu mdpl (meter diatas permukaan laut) tapi jarang ngunjungi masjid yang jaraknya hanya beberapa langkah dari rumah maupun kosan. Memang kalau berbicara kreatifitas, Indonesia memang jagonya karena memang fenomena nulis pesan di gunung itu hanya terjadi di Indonesia, dan juga pukulan telak tersebut langsung dialamatkan untuk yang suka naik gunung, tetapi tidak suka menghampiri masjid/mushola sebelah rumah. Karena kalau dilihat jarak dan beratnya medan, jauh lebih berat naik gunung yang bisa beribu-ribu mdpl.
Hallo ! Kalian yang udah mendaki gunung beribu-ribu Mdpl. Dapat salam dari masjid di sebelah rumah nih. Udah sering sholat disana?